Disaat sudut itu begitu menyakitkan,maka kupalingkan
pandangan,ku biaskan arah. Sebisa mungkin tidak melihatnya,sesuatu yang hanya
akan membuat luka. Kalian tampak begitu serasi,duduk berdua menggunakan baju
bermotif sama itu pasti sangat menyenangkan. Saling beradu pandang,berbalas
canda dan tawa. Sangat bisa ku tebak rasa bahagianya,bahkan tanpa perlu
menengok dan memperhatikan. Kamu pasti sangat gembira,tergambar jelas disana
betapa dia adalah anugrah untukmu. Dan tentunya perasaan yang jauh berbeda dibandingkan
saat denganku dulu.
Aku tidak akan mengganggu,untuk sekedar menyapamu saja tidak
sedikitpun terfikir,padahal ingin aku katakan kau tampan hari ini dan permainan
musikmu begitu indah. Tak apa jika aku hanya bisa berkata dalam hati. Toh juga
selama ini aku memang begini,menyimpan segala yang ingin ku ucap untukmu hanya
di hati saja. Hingga waktu pun mengabaikan dan dengan sendirinya itu
terlupakan.
Ku anggap semua ini adalah sebuah resiko. Mencintai satu
sisi,sungguh sesuatu yang tidak mudah,namun aku belum ingin berhenti .Yang bisa
kulakukan sekarang adalah menikmati setiap iramanya. Naik turun,stabil dan
terguncang ,ku coba menemukan keindahan dibalik untaian takdir yang sepertinya
tidak berpihak kepadaku. Jika ada lubang,maka aku menghindar, dan jika ada
senyuman maka aku tidak akan mendekat,melainkan menikmatinya dari kejauhan. Begitulah
kini semua berjalan,tidak ada lagi kemungkinan-kemungkinan,tidak ada lagi benih
–benih harapan ,namun aku masih saja di sini. Bahkan aku tidak menemukan alasan
mengapa aku masih saja begini, yang ku tau hanya aku menyayangimu dan belum
menemukan cahaya lain yang bisa membuatku berpaling.