Jemari ini seakan kehabisan tinta,tak mampu lagi menuangkan
segenap emosi atau perasaan absurd lain seperti biasanya. Kekosongan yang
tersisa belakangan ini membuat ku tak memiliki lagi alasan untuk sekedar
menggoreskan apa yang kurasakan. Karena memang,aku tak merasakan apapun. Satu
pencapaian,disaat ku memilih meleburkan segala yang pernah menenggelamkanku dan
membiarkan kehampaan menemani langkahku kedepan justru mengarahkanku pada satu
sisi dimana aku tidak lagi memiliki lagi alasan untuk menuliskan sesuatu
tentang cinta. Entah apa ini namanya,mati rasa atau apalah,yang jelas segala
sesuatunya yang dulu terasa manis lalu berubah menjadi pahit kini hanya
menyisakan hambar. Semua terasa semu,sulit untuk ku telaah bahkan tidak mampu
ku kenali lagi gambaran perasaan ku saat ini. Tidak cinta,tidak benci,tidak
rindu,dan tidak tau kepada siapa semua itu berkiblat.
Dan kini jika aku ingin menuliskan sesuatu,yang bisa aku
lakukan hanya meraba-raba setiap jengkal masa lalu. Meneropong jauh, mencoba mengingat
dengan jelas. Seakan otak ini kujadikan mesin waktu yang membuatku mampu
kembali,lalu mengingat perasaan dikala detik demi detiknya terlewati. Akan
hadir disana,cuplikan cuplikan kejadian yang memaksaku untuk kemudian merasa
senang ataupun benci. Akan ada pula satu bagian yang bisa membuahkan untaian
kata-kata manis dari tangan kecil ini.
Memang terasa lebih sulit jika dibandingkan dengan
mengutarakan apa yang ada di depan mata tapi,Aku tetap bersyukur karena luka
itu tidak menghantuiku lagi,walaupun terkadang perasaan hampa yang menyelimuti
kalbuku juga sebenarnya tidak terlalu menggembirakan. Sampai sempat juga ku
berfikir,mana kah yang lebih baik antara membiarkan hati ini kosong atau
membiarkannya dipenuhi oleh luka. Dan jawaban yang terbenar adalah membiarkan
hati ini terbuka lebar untuk semua kabahagiaan yang ingin menyambanginya.
Jadi,untuk sementara biarlah masa lalu yang menjadi
episode-episode tersendiri dalam tulisanku.
Menjadi pengingat bahwa hati ini pernah menemukan titik
abu-abunya.
Menjadi pengalaman bahwa otak ini pun pernah kehilangan
inspirasinya.
0 komentar:
Posting Komentar