Ku coba untuk menerjemahkan setiap jalan yang telah tergaris
pasti. Namun maknanya tak juga bisa teraba. Batu besar itu memang tidak lagi
terlihat,paling hanya kerikil-kerikil yang sesekali hanya membuatku merasa
geli. Namun tetap saja ini adalah sepi dan aku benci.
Ada kalanya aku merasa dunia ini terlalu penuh sesak dengan
kebahagiaan sehingga tidak satu detikpun aku sempat merasa sendiri. Tapi jika
mendadak bumi ini dipenuhi dengan kemunafikan,maka aku sungguh memerlukan
seseorang untuk sekedar berbagi kata berbagi rasa. Terdengar egois mungkin,tapi
memang beginilah aku,dan ini alasan mengapa bahagia itu tak pernah lagi mau
untuk sekedar menyapaku. Jika karma itu
nyata,maka aku percaya. Semua yang dahulu terasa mudah,kini justru aku seperti
layang-layang yang tersangkut dan hanya bisa berharap angin akan
menyelamatkanku. Namun angin pun seperti takdir,bisa saja ia melepaskanku dari
belenggu namun mungkin juga akan menjerumuskan ku lebih dalam dari sebelumnya ,tidak
pernah bisa ku tebak arahnya. Untung saja aku masih punya
kalian,bintang-bintang yang bertebaran riang di langit sepiku,senyum-senyum
yang selalu bisa membuatku terlupa. Setidaknya akan ada satu waktu di dalam
satu hari yang bisa aku luangkan untuk menyunggingkan bibir. Dan kalian
pula,para setan sekaligus malaikat yang membuat hidupku terkadang penuh sesak
dengan bahagia. Aku bahkan tidak tau kemana tulisan ini akan berujung karena di
satu sisi,hidupku tidak kekurangan rasa bahagia namun di sisi yang lain aku
juga merasakan sepi.