Begitulah kira-kira keadaannya,disaat mata ini mulai bisa melihat segala kesia-siaan yang pernah ada semua abu-abu itu menjadi jelas dan tak lagi terabaikan. Dulu aku terlalu takut untuk menerima kekosongan itu,maka kubiarkannya temaram ,mengisinya dengan bayangan semu seperti ada namun tiada membingkai kenangan itu dengan rapi seakan nyata.
Harapan tentang suatu hari tentang sebuah kata kembali kini ku sadari hanya bentuk dari penyesalan,seperti yang ku katakan dulu “menyesal itu gak enak rasanya” karena itulah hati ku terus mengurai setiap harapan dan angan untuk melihat semua menjadi sesuatu yang benar terjadi. Aku terus mengijinkan perasaan ini tetap hidup mengisi setiap sudut hati hingga tak ada lagi ruang kosong itu. Menguatkan aku dari segalanya bahkan aku mampu menutup mata pada sesering adanya kenyataan yang tak bisa perasaanku terima.
Tapi apa boleh begitu? Apa ada yang kudapatkan dari sekedar memandangi jejakmu? Apa aku bisa berbagi cerita bersama bayanganmu? Apa rindu itu terbalas hanya dengan menyaksikan bias tawamu ? . tidak. Dan itu alasan mengapa aku harus “move on”. Karena bagaimana pun juga aku tidak bisa bertahan di atas sesuatu yang telah musnah,bahkan puing puingnya pun tak lagi meninggalkan sisa.
Perasaan ini,yang kusebut ketulusan ternyata memang telah bertransisi menjadi sejenis kebodohan sehingga membuat otakku seolah kehilangan fungsi untuk melihat semua dari sudut pandang kenyataan. Dan sekarang aku sadar bahwa kenyataan itu adalah bahwa aku terlihat seperti pecundang karena menyayangimu.
Kini semua terasa cukup,sudah saatnya aku benar-benar berhenti. Melepaskan satu bintang yang sudah enggan berpijar dan takkan pernah kembali menerangi malamku. Semua itu bukan berarti gelap,karena langit tak pernah kehabisan bintang.
Sekarang saatnya
melangkah,
membiarkan semua menjadi sekedar bagian dari yang pernah ada ,
merelakan yang memang tidak ditakdirkan,
dan
menyimpan rapat-rapat setiap detik yang sempat terasa berharga.
Dan satu hal, aku tak pernah benci,
Karena melupakanmu berarti bukan lagi menatapmu melainkan berani melihatmu
Karena melupakanmu berarti bukan memperhatikan tawamu melainkan tertawa bersamamu
Karena melupakanmu berarti bukan mengharapkan senyummu tapi tersenyum untukmu
Karena kurasa seharusnya kita adalah teman
Dan karena
Ketika akhir sudah menemukan jalannya,semua akan menjadi lapang ..
bbf,
Laras
0 komentar:
Posting Komentar