Aku pernah punya cerita,
Suatu hari yang membahagiakan,seakan hidup ini begitu mudah dan cintamu adalah sebuah takdir.
Mengawali semua dengan sesuatu yang nyata dan sederhana. Hatiku mampu merasakan pesona indahmu. Semudah itu pula aku jatuh hati dan percayakan sepenuhnya.
Semua berjalan indah sampai aku lupa bahwa kau adalah manusia yang bisa merasa cukup.
Perasaan yang mengantarkan kita sampai di akhir,
Yang berarti semua tentang sepi ku berawal
dimana hari hari berlalu dengan lambat dan melelahkan. Bagai menanti pelangi di musim kemarau,semua hanya perasaan sepihak yang sia-sia. Terasa begitu bodoh terlebih karena sudah tampak penghianatan di satu sisi. Tapi aku masih ada,dalam dimensi yang jauh,memperhatikan langkahmu dan mencuri senyumanmu.
Lalu ku mencoba menyusuri celah kehidupan yang lain,membiarkan sebuah bintang menerangi gelapnya hati yang ternyata masih terbias bayangmu disana. Seakan enggan tuk beranjak dan terus menjajah perasaan yang sungguh ingin cepat berpaling.
Tapi apa daya,diri ini tak pernah mampu menghalau, hanya ada kepasrahan akan setiap gemuruh perasaan yang terus beradu dengan cerita berbeda. Perasaan ini pun terus hidup,menghantarkan ku pada gejolak antara cerita dan cinta yang tak berkesinambungan. Membiarkan semua terus bertahan.Sampai ada di satu titik saat cerita ku musnah dan kau menemukan sandaranmu. Mendapatkan sosok yang selalu kau impikan,dan lagi lagi aku harus menanggung semua sendiri.
Semua perih semakin nyata,
Hingga di suatu siang di bulan oktober,aku merasakan sesuatu yang tak biasa,tak biasa karena tak ada sedikitpun kesedihan saat melihat kau berjalan berdampingan dengannya.
Saat itulah aku yakin,semua perasaan ini berakhir dengan sendirinya . . .
0 komentar:
Posting Komentar